http://favim.com/ |
Musim hujan belum pulang. Masih
saja datang membawa angin, guntur dan tentunya tumpahan air. Seakan dia tahu,
suasana seperti ini lah yang cocok untukku melewati malam kali ini.
Kenapa aku merasa dalam suasana
perang malah. Iya, aku seperti seorang yang ingin mempertahankan apa yang aku
miliki. Agar tak dijajah. Agar tetap menjadi milikku.
Bukan penjajah berkulit putih
yang aku lawan. Bukan pula senjata pemusnah massal yang aku hadapi. Tapi aku
menghadapi masa lalumu. Ingatan dan memori yang tak kunjung bisa kau
tinggalkan. Dan itu musuh yang cukup tangguh bagiku.
Siapa bilang aku berpangku
tangan, aku sudah melakukan berbagai cara dan upaya. Apa kau tak mengerti hal
itu. Baiklah tak mengapa,
Hanya satu tanyaku…
SUDAH
KALAH KAH AKU?
“Aku cinta kamu, Ren”
Kata-kata Dheo malam itu terus saja terngiang di
kepalaku. Harusnya aku tidak lagi memusingkan hal semacam itu, hampir dua tahun
sudah aku dan Dheo menjalani hubungan ini.
“Ren, kamu belum pulang ?”
“Sebentar lagi Yes.” Yessi menghampiriku yang
masih terduduk di depan komputer.
“Yang sebentar lagi mau anniversary kok sedih
sih.”
Aku hanya tersenyum memandang Yessi yang sibuk merapikan
riasan di wajahnya. Di luar aku lihat masih menyisakan gerimis. Yessi pamit
pulang duluan, anaknya sakit. Tinggallah aku sendiri di ruangan ini. Akhir
pekan, banyak yang memilih langsung pulang, hanya aku dan Yessi yang harus menyelesaikan
artikel untuk edisi minggu depan. Namun aku masih enggan meninggalkan ruangan
meski pekerjaanku telah aku selesaikan seengah jam yang lalu.
Akhirnya, kaki ku langkahkan menuju shelter
Trans Jogja yang berjarak hanya seratusan meter dari tempatku bekerja. Setelah
memberikan uang sejumlah tiga ribu enam ratus rupiah ke petugas, nada pesan
masuk terdengar dari tas coklat yang ku bawa.
Sudah
pulang ? ternyata pesan dari Dheo. Seperti biasa, Dheo selalu menanyakan
hal yang sama di sekitaran jam yang sama setiap harinya. Satu jam setelah pesan
itu, nanti dia akan kirim pesan lagi, Sudah
sampai rumah? Jangan lupa makan, istirahat yang cukup ya.
Bus Trans Jogja yang akan ku tumpangi akhirnya
datang, jalanan nampak ramai. Jelas saja, akhir pekan apalagi hujan sudah reda.
Trans Jogja yang ku tumpangi malam itu lengang aku bisa menikmati pemandangan
sepanjang jalan. Puluhan motor berjubel di jalanan. Apalagi ini adalah long weekend, kota ini akan menyedot
lebih banyak pendatang. Banyak yang akan bersenang-senang di kota ini, kota
istimewa ini. Lalu ada apa denganku ?
_
“Buku yang kemarin kamu beli ditaruh di mana ?”
“Aku taruh di rak di kamar. Ambil aja sana.” teriak
Dheo dari depan rumah yang masih sibuk mencuci mobil.
Dua hari yang lalu Dheo mengajakku ke toko buku.
Dia ingin membeli buku tentang perjalanan penulisnya keliling dunia. Iseng
ingin membcanya sambil menunggunya beres dengan mobilnya.
Saat itulah, di rak itulah aku tidak sengaja
menjatuhkan buku. Dari dalam buku itu terselip satu foto. Foto yang tidak asing
bagiku. Aku pernah sekali melihat orang yang berada di dalam foto itu.
“Dah beres nyucinya, aku mandi dulu ya. Habis
itu kita langsung berangkat.” Dheo langsung nyelonong ke kamar mandi.
_
Malam ini Dheo mengajakku keluar. Ya dua tahun
yang lalu, Dheo menyatakan perasaannya padaku. Second anniversary.
“Ren, makasih ya…sudah menjadi bagian hidup aku
selama dua tahun ini. Banyak hal yang kita lalui selama ini. Maafin Dheo-mu ini
ya kalau masih sering bikin kamu kecewa, nangis.” Tangannya menggenggam erat
tanganku. Hangat.
“Dhe, ada yang ingin aku tanyakan.” Dahinya mengkerut
“Ini…” aku sodorkan selembar foto yang aku
temukan terselip di buku di rak kamarnya.
Dheo sedikit tersentak melihat foto itu.
“Kamu…dapat dari mana foto ini ?”
“Terselip di buku di rak kamarmu, aku temukan
nggak sengaja dua minggu yang lalu. Waktu aku mau ambil buku travelling itu.”
Dheo menggenggam tanganku semakin erat. Wajahnya
menunduk.
“Dhe, aku sebenarnya sudah merasakan ini lama. Tapi
aku diam. Aku tahu kamu masih belum bisa melupakan dia. Mungkin secuil pun
belum bisa. Sebelum aku melihat foto itu pun aku sudah tahu. Kamu hanya memaksakan
dirimu untuk mencintai aku selama ini. Menjadikan aku sebagai topeng bahwa kamu
sudah bisa lepas dari dia. Mungkin orang lain akan percaya. Tapi aku bisa
merasakannya. Aku juga tahu kamu tidak pernah menghapus foto-fotomu bersama dia,
meskipun kamu menyembunyikan dari aku.”
“Ren…tapi perasaanku sama kamu itu…”
“Dhe, cobalah kamu tanyakan dengan dirimu
sendiri. Jujurlah sama dirimu sendiri. Benarkah semua ini ? Ini nggak adil
buatku Dhe, tapi nggak apa. Aku juga yang bersikap diam dan membiarkan ini
berlarut.”
“Lalu ? aku harus gimana ?”
“Carilah aku jika kamu sudah tahu apa perasaanmu
sebenarnya.”
_
Sepuluh menit sudah pesawat ini mengudara. Tujuanku
kali ini adalah sebuah kota kecil di seberang pulau. Sudah lama aku ingin
mengunjunginya, mungkin kali ini adalah waktu dan alasan yang tepat.
Begitu aku keluar dari pintu kedatangan,
lambaian tangan Tante Ros menyambutku.
“Akhirnya kamu main ke sini juga Ren.”
“Iya tante, baru bisa ambil cuti.”
“Berapa lama kamu cuti?”
“5 hari tant, jadi lumayan lah main-main di
Belitungnya.”
Canda tawa mengiringi langkahku dan Tante Ros
menuju mobil.
Helaan nafas panjang begitu aku duduk di kursi
belakang seperti melegakan dadaku yang terasa sesak.
“Kenapa Ren ? capek ya?”
Aku hanya menggeleng dengan senyum yang masam.
Entah seperti apa wajahku saat ini.
Di bandara sebelum menuju Belitung
“Ren…maafkan aku untuk dua tahun ini. Aku yang
masih belum bisa jujur dengan perasaanku. Dan menjadikanmu sebagai tiang
untukku mampu berdiri.”
“Dhe, sudah kalahkah aku dengan masa lalu mu ?”
Dheo diam tertunduk.
good post
BalasHapusterima kasih bapak..sudah berkenan mampir :)
HapusApiiik... Tapi ini : 'Aku hanya menggeleng dengan senyum yang pasang.'
BalasHapusSenyum yang pasang itu yang kayak gimana ya, Mbak?
ehhhhh sudah dibenerin tant...suwun nggih :D
HapusUhuk!
BalasHapushaaatchiiimm !
HapusAh...cinta kadang membawa luka
BalasHapusiya bu...karena tak selamanya cinta itu indah #halah :D
Hapusmakasih ya bu
Hhhmmmmmmm..........
BalasHapussakit gigi Neng ? mo dicabut ? :D
HapusHei, aku baru baca lagi cerita kamu, udah lama bener ga baca, hehe.. aku suka sama cerita kamu yang ga bertele-tele, dan aku juga suka sama tokoh-tokohnya yang udah dewasa :D
BalasHapusheiiii....makasih ya udah mampir lagi :D
Hapus