Selasa, 09 Juni 2015

Yang Tak Mampu Terbungkus Rapi


http://favim.com/

Musim hujan belum pulang. Masih saja datang membawa angin, guntur dan tentunya tumpahan air. Seakan dia tahu, suasana seperti ini lah yang cocok untukku melewati malam kali ini.
Kenapa aku merasa dalam suasana perang malah. Iya, aku seperti seorang yang ingin mempertahankan apa yang aku miliki. Agar tak dijajah. Agar tetap menjadi milikku.
Bukan penjajah berkulit putih yang aku lawan. Bukan pula senjata pemusnah massal yang aku hadapi. Tapi aku menghadapi masa lalumu. Ingatan dan memori yang tak kunjung bisa kau tinggalkan. Dan itu musuh yang cukup tangguh bagiku.
Siapa bilang aku berpangku tangan, aku sudah melakukan berbagai cara dan upaya. Apa kau tak mengerti hal itu. Baiklah tak mengapa,
Hanya satu tanyaku…
SUDAH KALAH KAH AKU?

“Aku cinta kamu, Ren”
Kata-kata Dheo malam itu terus saja terngiang di kepalaku. Harusnya aku tidak lagi memusingkan hal semacam itu, hampir dua tahun sudah aku dan Dheo menjalani hubungan ini.
“Ren, kamu belum pulang ?”
“Sebentar lagi Yes.” Yessi menghampiriku yang masih terduduk di depan komputer.
“Yang sebentar lagi mau anniversary kok sedih sih.”
Aku hanya tersenyum memandang Yessi yang sibuk merapikan riasan di wajahnya. Di luar aku lihat masih menyisakan gerimis. Yessi pamit pulang duluan, anaknya sakit. Tinggallah aku sendiri di ruangan ini. Akhir pekan, banyak yang memilih langsung pulang, hanya aku dan Yessi yang harus menyelesaikan artikel untuk edisi minggu depan. Namun aku masih enggan meninggalkan ruangan meski pekerjaanku telah aku selesaikan seengah jam yang lalu.
Akhirnya, kaki ku langkahkan menuju shelter Trans Jogja yang berjarak hanya seratusan meter dari tempatku bekerja. Setelah memberikan uang sejumlah tiga ribu enam ratus rupiah ke petugas, nada pesan masuk terdengar dari tas coklat yang ku bawa.
Sudah pulang ? ternyata pesan dari Dheo. Seperti biasa, Dheo selalu menanyakan hal yang sama di sekitaran jam yang sama setiap harinya. Satu jam setelah pesan itu, nanti dia akan kirim pesan lagi, Sudah sampai rumah? Jangan lupa makan, istirahat yang cukup ya.
Bus Trans Jogja yang akan ku tumpangi akhirnya datang, jalanan nampak ramai. Jelas saja, akhir pekan apalagi hujan sudah reda. Trans Jogja yang ku tumpangi malam itu lengang aku bisa menikmati pemandangan sepanjang jalan. Puluhan motor berjubel di jalanan. Apalagi ini adalah long weekend, kota ini akan menyedot lebih banyak pendatang. Banyak yang akan bersenang-senang di kota ini, kota istimewa ini. Lalu ada apa denganku ?
_
“Buku yang kemarin kamu beli ditaruh di mana ?”
“Aku taruh di rak di kamar. Ambil aja sana.” teriak Dheo dari depan rumah yang masih sibuk mencuci mobil.
Dua hari yang lalu Dheo mengajakku ke toko buku. Dia ingin membeli buku tentang perjalanan penulisnya keliling dunia. Iseng ingin membcanya sambil menunggunya beres dengan mobilnya.
Saat itulah, di rak itulah aku tidak sengaja menjatuhkan buku. Dari dalam buku itu terselip satu foto. Foto yang tidak asing bagiku. Aku pernah sekali melihat orang yang berada di dalam foto itu.
“Dah beres nyucinya, aku mandi dulu ya. Habis itu kita langsung berangkat.” Dheo langsung nyelonong ke kamar mandi.
_
Malam ini Dheo mengajakku keluar. Ya dua tahun yang lalu, Dheo menyatakan perasaannya padaku. Second anniversary.
“Ren, makasih ya…sudah menjadi bagian hidup aku selama dua tahun ini. Banyak hal yang kita lalui selama ini. Maafin Dheo-mu ini ya kalau masih sering bikin kamu kecewa, nangis.” Tangannya menggenggam erat tanganku. Hangat.
“Dhe, ada yang ingin aku tanyakan.” Dahinya mengkerut
“Ini…” aku sodorkan selembar foto yang aku temukan terselip di buku di rak kamarnya.
Dheo sedikit tersentak melihat foto itu.
“Kamu…dapat dari mana foto ini ?”
“Terselip di buku di rak kamarmu, aku temukan nggak sengaja dua minggu yang lalu. Waktu aku mau ambil buku travelling itu.”
Dheo menggenggam tanganku semakin erat. Wajahnya menunduk.
“Dhe, aku sebenarnya sudah merasakan ini lama. Tapi aku diam. Aku tahu kamu masih belum bisa melupakan dia. Mungkin secuil pun belum bisa. Sebelum aku melihat foto itu pun aku sudah tahu. Kamu hanya memaksakan dirimu untuk mencintai aku selama ini. Menjadikan aku sebagai topeng bahwa kamu sudah bisa lepas dari dia. Mungkin orang lain akan percaya. Tapi aku bisa merasakannya. Aku juga tahu kamu tidak pernah menghapus foto-fotomu bersama dia, meskipun kamu menyembunyikan dari aku.”
“Ren…tapi perasaanku sama kamu itu…”
“Dhe, cobalah kamu tanyakan dengan dirimu sendiri. Jujurlah sama dirimu sendiri. Benarkah semua ini ? Ini nggak adil buatku Dhe, tapi nggak apa. Aku juga yang bersikap diam dan membiarkan ini berlarut.”
“Lalu ? aku harus gimana ?”
“Carilah aku jika kamu sudah tahu apa perasaanmu sebenarnya.”
_
Sepuluh menit sudah pesawat ini mengudara. Tujuanku kali ini adalah sebuah kota kecil di seberang pulau. Sudah lama aku ingin mengunjunginya, mungkin kali ini adalah waktu dan alasan yang tepat.
Begitu aku keluar dari pintu kedatangan, lambaian tangan Tante Ros menyambutku.
“Akhirnya kamu main ke sini juga Ren.”
“Iya tante, baru bisa ambil cuti.”
“Berapa lama kamu cuti?”
“5 hari tant, jadi lumayan lah main-main di Belitungnya.”
Canda tawa mengiringi langkahku dan Tante Ros menuju mobil.
Helaan nafas panjang begitu aku duduk di kursi belakang seperti melegakan dadaku yang terasa sesak.
“Kenapa Ren ? capek ya?”
Aku hanya menggeleng dengan senyum yang masam. Entah seperti apa wajahku saat ini.
 _
Di bandara sebelum menuju Belitung
“Ren…maafkan aku untuk dua tahun ini. Aku yang masih belum bisa jujur dengan perasaanku. Dan menjadikanmu sebagai tiang untukku mampu berdiri.”  
“Dhe, sudah kalahkah aku dengan masa lalu mu ?”

Dheo diam tertunduk. 

12 komentar:

  1. Balasan
    1. terima kasih bapak..sudah berkenan mampir :)

      Hapus
  2. Apiiik... Tapi ini : 'Aku hanya menggeleng dengan senyum yang pasang.'

    Senyum yang pasang itu yang kayak gimana ya, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehhhhh sudah dibenerin tant...suwun nggih :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. iya bu...karena tak selamanya cinta itu indah #halah :D

      makasih ya bu

      Hapus
  4. Hei, aku baru baca lagi cerita kamu, udah lama bener ga baca, hehe.. aku suka sama cerita kamu yang ga bertele-tele, dan aku juga suka sama tokoh-tokohnya yang udah dewasa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heiiii....makasih ya udah mampir lagi :D

      Hapus