Senin, 26 Oktober 2015

[FF200] Kado yang Tertunda



“Hah, kamu itu nggak romantis.”

Kamu terduduk dengan wajah yang kamu palingkan dariku. Aku tertawa kecil melihat ekspresi marahmu yang menurutku malah membuat wajahmu terlihat menggemaskan. Hal kecil, aku yang tertidur pulas tak menghiraukan telpon darimu.

“Sudahlah, jangan marah. Iya, aku nggak romantis. Kan kamu katanya yang romantis.”
“Kan kalau semalam momennya dapet. Apalagi pas jam 12 teng”

Selasa, 20 Oktober 2015

Kamu Masih Cengeng




“Kamu cengeng”
Bajuku…pasti Ibu marah kalau lihat bajuku seperti ini.” Kamu terisak mengusap baju terkena lumpur yang justru membuat semakin kotor.
Baju warna merah jambu yang kamu pakai tidak sengaja terciprat lumpur karena bola yang ku tendang masuk ke kubangan.  Aku menggegam tanganmu mengantarmu pulang sementara kamu masih terus terisak.

Senin, 19 Oktober 2015

[FF100] Yang Terlupakan



“Saya terima nikah dan kawinnya…..”

Suara calon suamiku terdengar tegas saat mengucapkan ikrar pernikahan kami dua tahun yang lalu. Aku tidak bersamanya saat ijab qobul berlangsung. Aku baru dipertemukan dengannya saat ijab qobul selesai. Semenjak saat itu pula kami sah menjadi suami istri.

Sampai saat ini tiba, sudah dua hari dia tidak pulang untuk urusan pekerjaan. Suara mobilnya terdengar di halaman, aku bergegas menyambutnya di depan pintu.
“Kamu masih ingat ini?” dia menyodorkan sebuah amplop coklat padaku.


Aku mengikutinya masuk lalu duduk di ruang tamu. Aku terpaku membaca sebuah kertas yang ternyata aku lupakan itu. Kontrak itu sudah selesai ternyata. 

Senin, 12 Oktober 2015

[FF200] Sehijau Kenangan


Risa tersenyum melihat kesibukan suaminya mengecat kamar untuk anak pertama mereka. Wajahnya belepotan cat. Risa mengamati di dekat pintu sambil duduk. Kamar itu dicat warna hijau muda, Risa memang suka warna hijau. Sesuai hasil USG dokter, anak mereka berjenis kelamin perempuan. Jika sesuai dengan jadwal, anak mereka akan lahir sepuluh hari lagi.

“Beres…Gimana ?” Risa mengacungkan dua jempol seraya tersenyum melihat hasil kerja suaminya.

“Besok kita tinggal menata box bayinya. Juga perlengkapan lain.” Risa berdiri memandang sekeliling kamar merancang bagaimana akan menata kamar bayi mereka itu.
_

Senin, 05 Oktober 2015

[FF100] Amplop Impian

























ilustrasi : amplop


Dede pulang dengan membawa satu amplop yang diberikan gurunya. Senyum menghiasi bibirnya sepanjang jalan. Tak sabar memberikan amplop untuk sang  ayah. Hari ini rupanya Ayah masuk shift malam. Itu berarti dede bisa segera memberikan amplop itu.

“Yah, ada sesuatu untuk ayah.” Dede dengan raut gembira melambaikan amplop di tangan kanannya.
“Dede bawa apa?.”
_

Dede sangat suka bulutangkis. Harapannya bisa masuk klub di kota sebelah yang terkenal menjadi klub yang menghasilkan banyak pemain hebat. Kemarin Dede diberikan kesempatan untuk ikut audisi yang dilakukan klub impiannya.
Hari ini Ayah menerima gaji, tetapi itu gaji terakhirnya.
“Apa impian Dede juga harus berakhir?”