Rabu, 16 November 2016

Belajar Arti Harapan dan Kesepian dalam Castaway on The Moon

sumber : inikpop.com

Seseorang pasti ada yang pernah merasakan satu masa dimana dunia seperti mau runtuh, berakhir, atau merasa tidak ada gunanya sebuah hidup. Bagi orang yang tidak berpikir panjang, biasanya akan melakukan jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya tersebut, yang tentunya jalan itu berakibat buruk untuknya maupun orang lain di sekitarnya. Padahal, jika kita masih memiliki harapan, masalah sebesar apapun pasti ada solusinya, hanya saja kita perlu berpikir secara jernih untuk menemukan solusinya.

Belum lama ini saya menonton sebuah film yang sarat pesan. Awalnya saya sempat ragu untuk menyelesaikan nonton film ini. Tidak lain tidak bukan ya karena pemainnya kurang tampan. Hehehe… film itu berjudul  Castaway on the Moon (COTM). Film dari Korea Selatan yang dirilis tahun 2009. Tergolong lama kan?

Rabu, 26 Oktober 2016

Hujan yang Membawa Pulang Ibu

brilio.net


Sebagian besar orang akan terseret ke masa lalu ketika hujan mulai datang. Menata kepingan puzzle demi puzzle kenangan yang berserakan. Membentuk cerita yang mungkin ingin dilupakan namun tetap saja hadir kembali ketika hujan kembali turun. Berbeda denganku, ada harapan yang bersemi setiap kali hujan turun.

“Rin, kamu masih mau di sini?” Aku mengangguk ketika temanku memutuskan untuk pulang setelah mendapat telepon dari suaminya lima menit yang lalu.

Tempat ini, aku masih ingat betul ketika seorang perempuan mengantarkanku ke tempat ini. Hari Minggu, setelah adzan ashar, aku dan dia sampai di tempat ini. Tempat yang akhirnya menjadi rumahku selama 12 tahun. Berhubung tempat kerjaku lumayan jauh dari sini, aku memilih untuk kost. “pulang” ke sini setiap hari Minggu saja.  

Senin, 24 Oktober 2016

Pameran Seni Visual : Salah Satu Cara Mengapresiasi, Menjaga, dan Merawat Seniman Lokal




"Pameran seni rupa di Kulon Progo? Sepertinya ini belum pernah ada." Itu yang saya pikirkan waktu melihat pengumuman yang di share di Twitter. Karena penasaran, saya berangkat ke tempat pameran hari Sabtu lalu. Pameran itu diselenggarakan di Balai Desa Wates. Di depan gedung dihiasi dengan blarak garing (daun kelapa kering), unik juga pikir saya. Memasuki ke gedung, saya disambut beberapa mbak-mbak yang bertugas menjaga buku tamu. Salah seorangnya menyapa saya dengan “sendirian saja mbak?” Saya cuma senyum sambil mengisi buku tamu. Sambil mbatin juga sih “Iya mbak, soalnya mau ngajak Pak Lurah lagi sibuk”.. ehh.  

Melihat dari daftar tamu, baru sedikit yang datang, mungkin karena masih tergolong pagi dan baru hari kedua. Pameran ini berlangsung dari tanggal 21-27 Oktober 2016. Dari flyer yang saya dapat ketika mengisi buku tamu tadi, pameran ini sebagai rangkaian perayaan hari jadi Kabupaten Kulon Progo yang ke 65. Sebuah langkah bagus dari pemerintah daerah dengan menyelenggarakan acara semacam ini. Pameran yang berjudul Pameran Seni Visual dengan tema Kebangkitan seni rupa Kulon Progo ini tidak hanya menampilkan karya lukis saja, namun juga fotografi, kaligrafi, juga seni kriya yang merupakan hasil karya seniman Kulon Progo. Juga ada karya pemenang lomba poster dan lomba lomba lukis SD-SMP-SMA yang juga ikut dipamerkan.  

Selasa, 02 Agustus 2016

Memangnya Kamu Punya Apa?



Masih dalam libur lebaran kemarin saya meminjam dua buku. Salah satu yang saya pilih adalah buku milik karya Edi Mulyono yang berjudul “Andai  Aku Jalan Kaki, Masihkah Engkau Selalu Ada Untukku?” Awalnya memilih buku itu karena tidak terlalu tebal. Pas lah untuk sisa libur lebaran yang tinggal dua hari lagi.

Senin, 18 Juli 2016

Hutan Mangrove Wanatirta, Satu Lagi Spot "Kekinian" di Kulon Progo


jembatan api-api

Kulon Progo sedang ngehits dengan wisata Kali Biru dan pantai Glagah. Kali ini saya ingin menunjukkan satu lagi tempat “kekinian” yang juga tidak kalah hits saat ini. Tempat ini berlokasi di ujung barat Kulon Progo. Adalah Hutan Mangrove Wanatirta. Hutan mangrove ini terletak di desa Pasir Mendit, Congot. Walaupun letaknya di sebelah barat sungai Bogowonto namun secara administrative desa Pasir Mendit masih menjadi bagian wilayah Kulon Progo, Yogyakarta.

Kamis, 30 Juni 2016

Mbah Subar, Ketika Ketinggian menjadi Kebutuhan

Mbah Subar lincah memanjat pohon kelapa di usianya yang sudah tidak muda


Siang itu Mbah Subarkah, atau lebih sering dipanggil Mbah Subar lewat dekat rumah. Sambil mengendarai sepeda dengan keranjang di belakang, penglihatan Mbah subar masih”awas” untuk membedakan mana kelapa yang sudah tua dan yang belum. Ya, lelaki itu bekerja sebagai pemetik kelapa. Lelaki dengan satu orang cucu itu pernah berganti-ganti profesi. Mulai dari buka bengkel sepeda, usaha penggergajian kayu, sampai akhirnya sekarang menjadi pemetik kelapa. jika dihitung, mungkin sudah sekitar 15 tahunan Mbah Subar menekuni pekerjaan ini. 

Selasa, 07 Juni 2016

Nasi Kuning dan Adu Pekok Bapak Anak

kuliner123.com

“Ini lho Pak, Bapak ulang tahun dibuatin nasi kuning. Aku aja nggak kemarin pas ulang tahun.”


Kemarin yang merupakan awal puasa bertepatan dengan hari lahir bapak. Enam Juni enam puluh empat tahun yang lalu. Seperti biasa, tidak ada perayaan. Karena kata bapak, ulang tahun itru justru mengingatkan kita kalau “jatah” kita di dunia semakin berkurang. Masak malah mau dirayain? Ya itu pendapat bapak.

Kamis, 17 Maret 2016

Dinding Dinding Rindu

unsplash.com

terdiam di sudut sepi ketika sapamu tak ku temui beranjak menuju senja untuk terus mencari tetap tak ku temui hingga akhirnya senyummu mampir dalam mimpi sekejap mata rindu terobati

Senin, 04 Januari 2016

Geblek, dari Makanan Khas hingga Identitas Diri

selamat datang di Kulon Progo

Geblek [ge;blèk], makanan yang berbahan dasar tepung tapioka itu memang merupakan makanan khas Kabupaten paling barat di Yogyakarta, Kulon Progo. Pembuatan makanan ini pun cukup sederhana, tepung tapioka dikukus setengah matang lalu diuleni bersama bawang putih dan garam kemudian dibentuk seperti cincin, setelahnya digoreng.