Jumat, 30 Januari 2015

Lagu Terakhir

Danika
Akhirnya ujian pendadaran bisa aku lewati, hari ini aku ke kampus untuk mengurus berkas-berkas untuk bisa mendaftar yudisium. Aku harus mengejar yudisium bulan depan. Pendaftaran terakhir adalah besok.  Hari ini aku akan sibuk mondar-mandir dari satu gedung ke gedung yang lain. Aku harus berangkat lebih pagi.

Rabu, 28 Januari 2015

Co Card



Pamungkas
Aku melihat lagi perempuan itu . Sudah tiga hari aku tidak melihatnya. Mungkin dia tidak setiap hari ke kampus. Hari ini, dia memakai jeans hitam dengan blouse warna tosca dengan motif kotak-kotak. Rambutnya dia ikat. Tetap saja cantik walaupun wajahnya tanpa polesan make up seperti perempuan yang ada di kanan kiriku sekarang. Dia duduk di kursi nomer 4 dari depan, di dekat kaca. Beberapa kali mengotak-atik handphonenya. 

Senin, 26 Januari 2015

Lelaki Penjaja Nada

Danika
Danika, Danika Sasikirana.  Kata ibu namaku diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti bintang kejora yang bersinar terang. Aku masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas swasta di kota yang menjadi idaman banyak orang ini. Aku sendiri kurang tahu kenapa orang-orang ingin menakhlukkan kota ini. Sekarang aku semester tujuh, dan sedang mengerjakan skripsiku. Setiap harinya aku harus naik bus lalu sambung naik angkot untuk ke kampus.

Jumat, 16 Januari 2015

Serendipity [8]


sumber gambar : un pepin 

#Mon Parapluie

Tisha terdiam, merasa detik seperti berhenti ketika melihat wajah lelaki di dalam mobil yang tersenyum . Angin dingin mengalir mengenai wajahnya.

“Neng..butuh tumpangan?” Yudha mengulangi pertanyaannya, masih sambil tersenyum.
Mendengar itu Tisha tersadar, diusapnya air mata yang  sudah meluncur bebas di atas pipinya.
“Ayolah…aku antar sampai rumah dengan selamet deh. Mumpung aku lagi baik hati nih.”
Tisha masuk ke mobil hitam itu tanpa berkata apa-apa. Mereka hanyut dalam diam. Tisha masih shock dengan yang ditemuinya, sekarang dia satu mobil dengan lelaki yang tiba-tiba menghilang delapan bulan yang lalu. Yudha pun masih diam. Dia tahu, Tisha pasti marah dengannya.

Senin, 12 Januari 2015

Serendipity [7]

ilustrasi : fruitbasket


#Second Chance

Senja sore itu nampak indah dari jendela ruang kerja Yudha. Hari ketiga, setelah hampir selama delapan bulan ia meninggalkan kota ini. Semakin sesak, itu yang ia rasakan dengan jalanan kota impian kebanyakan orang ini. Perutnya mulai protes minta untuk diisi, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 17.48. Siang tadi, ia melewatkan makan siangnya karena urusan yang memaksanya kembali ke kota ini. Paksaan yang dijadikannya alasan untuk kembali. Paksaan yang menyenangkan? Mungkin.

Setelah membereskan beberapa map di meja kerjanya , Yudha bergegas meninggalkan gedung dengan dua puluh satu lantai itu. Kemacetan menghadangnya, tanpa sadar Yudha mengarahkan mobilnya ke kantor Tisha. Beberapa meter dari kantor Tisha, sebuah Yaris silver menyalip mobilnya. Dari no platnya Yudha mengenali mobil itu. Mobil itu menyalakan sein kiri lalu memasuki parkiran kantor. Hal itu mengurungkan niat  Yudha untuk ke tempat itu. Yudha memilih jalan terus dan putar balik di U turn yang hanya sekitar dua ratus meter dari kantor Tisha.

Minggu, 11 Januari 2015

Serendipity [6]

#Kembali, Untukku?

Apa kabar Macau ? Apa kabar kau disana ? Kepergian yang mendadak itu meninggalkan banyak tanya di benak ku. Hujan di kota ini sudah tak sesering waktu kau masih di sini, di kota ini. Lagaknya musim mulai beralih. Setelah tiga hari melepas kangen dengan orang tuanya, Tisha harus kembali ke rutinitas di kota yang menyesakkan ini.
“Tish…kamu sudah makan?” tanya Lusi melihat Tisha yang duduk dibalkon
“Hemm…nanti aja belum laper aku.”
“Kenapa? Nunggu kabar dari Yudha?”
“Enggak…kalau dia mau ngabari pasti sudah dari enam bulan yang lalu. Apa dia marah ya sama aku?” Lusi hanya mengangkat pundaknya.
Sudah satu musim sejak pagi terakhir Yudha mengantar Tisha ke kantor. Yudha seakan menghilang begitu saja. Sementara Tisha semakin dekat dengan Adrian.

Jumat, 09 Januari 2015

Serendipity [5]

#Hari-hari Tanpamu

Mendengar cerita dari Pak Nomo, Tisha mencoba menghubungi Yudha begitu sampai di kantornya. Tidak diangkat. Coba untuk ketiga hingga empat kali, sama saja. Tisha coba bertanya ke Adrian, mungkin dia tahu tentang kepergian Yudha yang mendadak ini. Percuma. Adrian justru tahu tentang kepergian Yudha karena Tisha menelponnya.

Dicarinya note yang diberikan  Yudha kemarin. “Aku mau menjadi payungmu, karena aku ingin bersamamu dalam hujan. Jika tidak musim ini, mungkin musim yang akan datang.”Apakah maksud semua ini Yudh?

Kamis, 08 Januari 2015

Serendipity [4]

#Payung Hujanmu

Kota sudah mulai basah setiap sore, musim hujan sudah datang. Payung-payung cantik mulai menampakkan diri, melindungi mereka yang bernaung dibawahnya.
“Hai Tish..sudah pulang?”

Pesan itu sudah Yudha kirimkan satu jam yang lalu. Read. Hanya dibaca oleh Tisha, tanpa balasan. Yudha berniat ke kantor Tisha sore itu, mungkin Tisha marah sejak kejadian terakhir itu. Hujan mulai deras ketika Yudha keluar dari parkiran kantornya. Hari itu, Yudha tidak mengendarai mobilnya. Tadi pagi dia memilih untuk memakai motornya. Efisien waktu di tengah kemacetan kota.

Tisha termenung memandangi layar handphonenya.
“Tish aku antar pulang ya?” pesan dari Adrian yang belum juga dibalasnya. Dua hari yang lalu, Adrian mengajak Tisha bertemu di jam makan siang. Adrian meminta maaf untuk kejadian di masa lalu itu. Kejadian yang membuat Tisha harus berdiam diri di rumah hampir selama tiga bulan.

Selasa, 06 Januari 2015

Wisata Laguna dan Pemecah ombak, Alternatif Liburan Murah di Kulon Progo

Libur panjang dijadikan momen banyak orang untuk pergi liburan. Pantai biasanya masih menjadi primadona yang banyak dikunjungi. Ada satu pilihan tempat wisata di Kulon Progo, Kabupaten paling barat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisata Laguna, masih satu kawasan dengan objek wisata Pantai Glagah.





Di tempat ini pengunjung bisa menyewa perahu untuk berkeliling laguna dengan biaya 5.000 rupiah atau jika menyewa satu perahu dikenakan tarif 75.000 rupiah. Tepian laguna yang hijau menjadi pemandangan yang kontras dengan pantai yang berada di sebelah selatan dengan pasir hitamnya


Selain wahana perahu, disediakan juga perahu bebek yang bisa disewa dengan tarif 20.000 rupiah. Bagi anak-anak ada juga kolam renang mini.Wahana ini biasanya mulai beroperasi diatas pukul 08.00.


Wisata laguna tidak hanya menawarkan pemandangan laguna dengan air jernihnya saja. Dari tempat parkir, setelah melewati deretan lapak penjual souvenir dan makanan maka akan sampai di pemecah ombak dengan tumpukan beton.




Tempat ini menjadi tempat favorit para pengunjung yang ingin menikmati pantai tanpa harus basah-basahan sekaligus menjadi spot yang menarik untuk berfoto. Tidak sedikit pula yang menjadikannya untuk spot memancing. Banyak pemancing dari luar daerah yang datang ke tempat ini.


Jika ingin berbasah-basahan, pengunjung tinggal berjalan turun dari pemecah ombak saja. Mereka bisa langsung bermain air. Akan tetapi disarankan untuk tetap berhati-hati dan mengawasi para anak-anak saat bermain air. Mengingat Pantai Glagah merupakan deretan pantai selatan yang berombak tinggi.


Tempat ini sudah ramai sejak pagi, bahkan sejak setelah subuh. Biasanya, warga sekitar datang ke tempat ini pagi-pagi sekali. Udara segar pantai di pagi hari menjadikan banyak orang tua membawa anak-anaknya berlibur ke tempat ini selain murah dan dekat dengan rumah.



Tempat ini sudah ramai sejak pagi, bahkan sejak setelah subuh. Biasanya, warga sekitar datang ke tempat ini pagi-pagi sekali. Udara segar pantai di pagi hari menjadikan banyak orang tua membawa anak-anaknya berlibur ke tempat ini selain murah dan dekat dengan rumah.


Jika beruntung, pengunjung bisa melihat “atraksi” nelayan dengan perahunya menembus ombak pantai Selatan yang terkenal ganas untuk pergi melaut. Nelayan di pantai ini biasanya pergi melaut sebelum pukul enam pagi. Lokasi pemecah ombak ini merupakan akses bagi nelayan untuk keluar dan masuk ke laut. Hal ini karena pemecah ombak merupakan muara dari Kali Serang. Sayang, saya kesana tergolong sudah kesiangan. Pemandangan deretan pegunungan Menoreh bisa juga dinikmati jika cuaca sedang cerah.

Senin, 05 Januari 2015

Serendipity [3]

#Little by Little Close to You

“Halo Tisha? Ini Yudha..”
“ Ehh iya. Ada apa Yud?”
“Nggak…besok makan siang di soto kemarin bisa?Aku besok ke kantor Adrian kayaknya”
“emm..boleh.”
Selepas menutup telpon dari Yudha, Tisha terdiam di depan cermin meja riasnya.
“Yudh..kenapa kamu teman dari lelaki itu?” Tisha bergumam memandangi dirinya di cermin

*8*

Yudha sudah duduk menyeruput es jeruk ketika Tisha datang.
“sudah lama Yud? Sorry ya. Lagi banyak kerjaan.”
“baru kok…baru habis es jeruk segelas maksudnya.”
Tisha  justru tertawa mendengar sindiran Yudha untuknya itu. Siang itu obrolan mereka hanya seputar pekerjaan mereka masing-masing. Sampai Yudha menanyakan hal yang membuat Tisha tidak nyaman.

Anis


Anis, seorang gadis dari Ciamis, berangkat ke negeri seberang demi mencecap mimpi manis. Dibawa lelaki berkumis dengan iming-iming ongkos gratis. Berkumpul di penampungan dengan puluhan yang tak kalah kinyis-kinyis. Berangkat dengan kemampuan serba ekonomis. Tidak lupa sempat narsis dengan tongsis, jepret sana-sini, upload medsos biar eksis.  

Jumat, 02 Januari 2015

Serendipity [2]

Serendipity [2]

#Gara- Gara Berbagi Meja
“Lohh…ka…mu ?”
“Tish…shaa?” lelaki itu sama kagetnya ketika melihat perempuan yang dihadapannya sekarang adalah Tisha.
Tisha mengambil langkah mundur, dia enggan bersama satu lift dengan lelaki itu. Seorang lelaki setengah baya memasuki lift, lelaki itu menjadi bagian dari meeting pagi ini. Mau tidak mau dia harus ikut naik lift itu juga.
“Tisha baru datang juga?”
“Iya Pak.” Tisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift.
Paling tidak dia tidak hanya berdua di dalam lift dengan lelaki yang berdiri di belakangnya sekarang. Tidak ada pembicaraan dengannya. Memang seharusnya seperti itu pikir Tisha. Pintu lift terbuka di lantai 3.
“Sepertinya kita sudah terlambat.”
“Semoga saja tidak pak, meeting masih akan dimulai 5 menit lagi Pak.”

Serendipity [1]


Serendipity [1]

#Kursi no 10 D dan 10 E
Suara peluit sudah berdenging tanda kereta api siap untuk berangkat. Kurang dari lima menit kereta itu berhenti di stasiun. Penumpang naik dan turun. Nama kereta itu diambil dari salah satu nama gunung, yang letusannya menjadi peristiwa yang luar biasa kala itu .Setelah hampir dua ratus tahun gunung itu tertidur. Letusan yang konon imbasnya tidak hanya dirasakan di Indonesia saja, akan tetapi sampai mancanegara bahkan dunia. Gunung yang berada di tengah lautan antara pulau Jawa dan Sumatra. Krakatau. Kereta Krakatau relasi Kediri – Merak ini satu menit yang lalu baru saja perlahan meninggalkan stasiun.