Kata apa yang mampu mewakili cerita kita?
Kata apa yang mampu merangkum semua ?
Risty
Di perjalanan menuju kantor pagi tadi aku teringat obrolanku
dengan Rifa semalam. Aku pikir kenapa aku bisa menceritakan semuanya
padanya? Bahkan aku lupa sejak kapan aku mengenal dia. Hampir setiap hari
selalu saja ada topik yang bisa kami bahas. Entah itu masalah umum atau masalah
pribadi. Entah itu masalah pekerjaan atau masalah hati.
“Aku lagi bete sama Azka, BBM ku cuma diread, nggak dibalas.” Notifikasi satu pesan masuk
dari Rifa
“Hahaha..aku mah sering digituin, sakitnya tuh di sini.” balasku sambil tertawa membaca
pesannya
“Aku BBM lagi aja bilang, kalau cerita panjang lebar tapi nggak
dibalas itu sesuatu banget ya.”
“Terus dia jawab apa?”
“Katanya sabar dulu, nggak harus begitu dibaca langsung dibalas kan.”
“Kamu sih nggak sabaran.”
Apa yang dirasakan Rifa sebenarnya tak jauh dengan apa yang sering
aku rasakan. Katris, lelaki yang mampu mencuri hatiku, aku suka kesel sendiri
ketika pesanku hanya dibaca, tanpa dibalas. Berawal dari hal-hal seperti itulah
aku dengan Rifa akrab dan dekat. Merasa senasib? Entah.
Rifa
Aku menjadi lebih pendiam semenjak beberapa tahun yang lalu. Aku
tak mengira bisa bertemu dengan orang sepertimu. Apa pula yang membuatku bisa
menceritakan banyak hal denganmu? Seperti malam kemarin, obrolan itu baru
berhenti setelah menit ke tujuh puluh sembilan.
Mungkin jika ponsel tidak low batt atau mata masih bisa diajak ronda sampai jam 4
pagi, bisa jadi kita akan ngobrol sampai sepagi itu.
“Kamu kok ngilangnya lama sih, Az?” pesan itu aku kirim begitu
Azka menyapaku lewat BBM
“Yaelaah baru juga seminggu doang.”
Azka, bisakah kamu mengartikan kalimatku tadi menjadi “aku kangen
kamu Az, kamu kemana aja ?” Iya, beberapa hari ini aku seperti kehilangan Azka,
dia sibuk dengan dunianya. Seminggu lebih aku tidak berkomunikasi dengannya.
Apa yang aku lakukan? Hanya bisa menumpahkan semua pada Risty. Dia pernah
merasakan hal semacam itu, bahkan lebih lama, berbulan-bulan. Hingga akhirnya
lelaki yang dinantinya itu kembali.
Risty
Ketika aku cerita dengannya, aku memang tidak selalu mendapat
solusi. Terkadang dari kita hanya ingin didengar saja, tanpa solusi. Itu sudah
lebih melegakan dibanding harus menyimpannya sendiri.
“Cin, nanti malam kamu sibuk nggak ? Aku telepon ya.” pesan Rifa
masuk ketika aku hendak bersiap pulang dari kantor.
“Siap.” balasku singkat
Benar saja, tidak lama aku sampai rumah Rifa menelpon. Dia mulai
menceritakan tentang Azka. Lelaki yang tidak pernah absen menjadi topik obrolanku
dengannya. Sama seperti Katris. Kalau dia sudah mulai cerita, aku akan
mendengarkan, sesekali menimpali, sesekali mengajukan pertanyaan, sisanya aku
merespon dengan iya, oh, terus. Seperti itulah dia, terkadang seperti kereta
dengan kecepatan 200 km/jam. Hahahaha…kalau dia tahu aku bicara seperti ini
pasti dia akan melempar bakiak tepat ke mukaku.
“Lalu kamu sendiri dengan Katris gimana?”
“Aku dan Katris baik-baik saja, cuma akhir akhir ini dia masih
agak sibuk, masih adaptasi dengan tempat kerjanya yang baru.”
“Enak ya, kamu kan sering ngobrol di telepon sama Katris.” Nada
iri terdengar jelas dari kalimat Rifa
Enak? Apa benar? Jika ditanya apakah aku pernah iri dengan Rifa.
Aku akan jawab iya. Rifa dan Azka lebih dekat secara tempat. Lebih punya kesempatan
lebih banyak dibanding aku dan Katris. Dan jika aku mengingat itu semua, maka
air mata ini tanpa terasa akan meluncur menuruni pipi.
Rifa
Selain aku tumpahkan ke Risty, aku tumpahkan kerinduan dan
perasaanku pada kata-kata yang aku rangkai menjadi puisi. Azka, tidakkah kamu
tahu semua ini? Perasaanku untukmu. Aku ingin semua ini menjadi jelas Azka.
Tidakkah kamu paham maksudku? Kamu anggap apakah aku ini ?
“Lalu apa reaksinya setelah kamu sindir ?” tanya Risty
“Dia masih saja nggak peka. Apa aku harus ngomong ke dia dulu? Tapi aku kan cewek, nanti
aku terlihat agresif.”
“Serba salah ya kita jadi cewek..hahaha”
Menertawakan satu sama lain adalah salah satu cara aku dan Risty
untuk menghiasi persahabatan ini. menurutku persahabatan itu bukan melulu soal
berbagi kesedihan atau tertawa bersama, tapi dimana kita bisa saling
menertawakan satu sama lain tanpa merasa tersakiti.
Risty
“Lagi apa?” tanya Katris setelah aku geser tombol hijau di layar
ponselku.
“Nggak ngapa-ngapain.”
“Kok aku telepon dari tadi nadanya sibuk terus?” dari nadamu aku
tahu kamu curiga
“Iya, barusan Rifa telepon.”
“Heran aku, kenapa kalian keliatannya klop banget sih?”
Aku tertawa mendengar pendapat Katris soal aku dan Rifa.
“Kok kamu bisa bilang gitu ?” telisihku
“Dari komunikasi kalian di sosmed aja udah keliatan. Sering emang ngobrol sama
dia?”
“Tiap hari”
“Ngobrolin apa aja sih, kok kayaknya asik banget, sampai aku
telepon berkali-kali tadi masih aja sibuk terus nadanya.”
“Ada deh, urusan cewek mau tahu aja.”
Katris, andai kamu tahu. Kamu adalah yang tak pernah aku lewatkan
untuk aku ceritakan dengan Rifa. Lagi-lagi, andai kamu tahu.
Aku terkadang membayangkan hal konyol. Aku, Katris, Rifa dan Azka.
Kita semua bertemu di satu tempat. Kankah itu menjadi awkward moment ?. Aku bisa menebak, pasti aku bakal senyum
senyum dengan Rifa. Aku tahu cerita Rifa dengan Azka dan Rifa tahu ceritaku
dengan Katris.
Rifa
“Az, ada acara nih di Serpong, weekend besok. Mau ikut nggak ?”
“Wah pengen sih aku. Tapi aku sudah ada acara lain, Fa. Maaf ya.”
Kesempatan itu datang berkali-kali. Namun, masih saja belum
memihak kepadaku. Azka- aku ingin sekali bertemu dengannya tapi sepertinya
belum waktuku untuk bertemu dengannya. Semua kesempatan yang aku dapat selalu
saja ada hal yang membuatnya menjadi terbuang mentah.
Risty
Banyak hal yang belum kita tahu akan terjadi atau tidak. Dimana
ujung dari semua ini. Kita masih terus saja berjalan. Meniti selangkah demi
selangkah ke depan. Menikmati kelokan di depan. Tanjakan atau turunan yang
harus di lalui. Ada harapan yang kita jaga. Ada mimpi yang kita
semi bersama. Harapan dan mimpi akan masa depan.
Katris, akankah ada kesempatan untukku bertemu denganmu? Akan
seperti apakah ketika kita bertemu nanti? Akankah perasaanku terjamah olehmu ?
Rifa, banyak kisah yang telah kita bagi bersama. Dan akan masih
ada ribuan bahkan jutaan kisah lagi yang akan kita ceritakan. Aku harap tidak
hanya bagi dengan cara menghabiskan paketan telepon saja. Tapi kita bisa duduk
bersama, membuat nyata, raga yang masih maya ini.
Rifa
Aku tidak tahu sampai kapan dan dimana ini akan berlabuh. Aku
hanya akan terus berjalan. Ada harapan yang harus kita genggam erat. Ada mimpi
yang harus tetap digantung. Harapan dan mimpi untuk mendapat yang terbaik.
Azka, bisakah kamu merasa apa yang ada di hatiku? Bisakah
perasaanku ini sampai padamu? Bisakah kita ambil satu dari banyak kesempatan
yang datang untuk sekedar bertatap muka ?
Risty, entah lusa entah satu bulan atau kapan. Kelak semua cerita
ini aku harap bukanlah berakhir pada kata dan suara saja. Tiadalah yang lebih
bahagia selain bersua muka. Aku, Azka, Kamu juga Katris.
***
Kita adalah kata-kata yang terjebak dalam wujud manusia. Yang akan
melahirkan banyak deretan kata membentuk cerita. Dua pasang hati yang tertaut
meski masih tanpa rupa.
aku sukaaaaaa.. aku suka ceritanyaaaaaaaaa.. muaaaaahhhhh.. ;)
BalasHapusterima kasih terima kasihhh :D
HapusApik...
BalasHapusmatur suwun Tant..
HapusSmg kelakon double date mba.. :-)
BalasHapusHehe..
wkwkkwkwk makasih ya pak
Hapus