Senin, 27 Maret 2017

Helm dan Kengerian Saya

helm bulukan 


Ini sebenarnya tulisan nggak penting-penting amat, cuma tentang helm saja. Ya, sekedar untuk isi dan update blog saja. Jadi begini, kemarin Jumat sewaktu mau pulang kerja, begitu saya mau pakai helm yang sudah lumayan buluk itu, tali helm yang seharusnya dipastikan berbunyi “klik” itu lepas sebelah. Setelah saya cek ternyata baut  untuk memasang tali ke bagian helmnya lepas karena karatan. Maklum jam terbang helm ini sudah lumayan. Terpaksa saya pulang  memakai helm tanpa bunyi “klik”, dan ini jangan ditiru. Kecuali kalian yakin kalau kepala kalian lebih keras dari jalan aspal.

Sepanjang perjalan kok saya merasa ngeri-ngeri gimana gitu tiap kali disalip kendaraan lain. Takut kalau-kalau helm yang dikepala ini copot. Di jalan lihat beberapa sesama pengendara motor yang helmnya ga diklik in dulu kok kelihatannya biasa saja ya. Kaya nggak ada was-was nya. Mereka tetep etel saja mengendarai motor salip kanan-kiri, ada yang sambil ngobrol asik sama pembonceng.
Singkat kata Alhamdulillah selamat sampai di tujuan. Keesokan harinya saya merasa wajib untuk nyari servis helm yang bisa buat masang lagi tali yang copot itu. Selain karena rasa ngeri dan daripada ketangkap pak polisi hanya karena nggak meng”klik”an helm, juga karena kemarin waktu jalan pulang sempat melihat kecelakaan yang cukup parah, lemes rasanya lutut pas lihat itu.

Ada satu toko helm yang ternyata selain menjual helm dan perlengkapan bermotor lainnya juga bisa servis helm. Tempatnya dekat sama stasiun, ini toko kayaknya sudah buka lama, dari jaman saya masih SMP sudah ada toko helm ini. Waktu saya kasih tunjuk, mbaknya langsung bilang, “saged mbak, ditenggo riyin nggih, ngantri.” Ndilalahnya sebelum saya, ada mbak-mbak yang ganti kaca helm karena sudah bruwet katanya. Harganya cuma 20 ribu kalau ganti kaca.
Duhh…lha kok saya juga jadi kepengen ganti juga. Bukan karena pengen ikut-ikutan mbak itu tadi, tapi jujur saja, kaca helm saya bisa bikin galau kalau pas hari hujan, terlebih malam hari. Kalau dibuka muka kena air hujan, rasanya mirip-mirip lagi akupuntur. Nah kalau ditutup jalan nggak terlihat jelas.  Ditambah kaca helm saya sering “manthuk” (nutup) sendiri kalau pas jalan ada gronjalan.

Akhirnya saya putuskan sekalian ganti kaca , ganti yang bening biar kalau jalan malam tetap bisa ditutup tanpa khawatir mengganggu pandangan. Kaca helm saya sebelumnya yang pelangi, itu lho yang kalau kena sinar bisa ada warna pelanginya, alasannya sih biar nggak silau kalau dipakai siang hari. Setelah selesai dipasang, say aharus bayar 40 ribu, untuk benerin talinya 5 ribu ongkosnya, karena nggak perlu ganti tali, cukup ganti bautnya saja. Nah, kaca helmnya 35 ribu, itu karena kaca helm yang harga 20 ribu kaya punya mbak yang tadi ternyata nggak cocok untuk dipasang di helm saya. Duhh helm saya ternyata pilih-pilih juga.

Nah kan lebih murah daripada beli helm baru. Dulu jaman-jaman sekolah, helm itu jadi ajang gengsi gengsian. Terlihat keren kalau merk helm nya A misal. Kalau sekarang mah asal helm itu masih bisa dipakai dan masih aman ya sudah pakai aja, begitu sih prinsip saya. Hal itu berlaku juga untuk barang lainnya.  Lagian punya helm bulukan karena sudah banyak tergores itu malah lebih aman. Kenapa? Karena nggak perlu khawatir kalau ditinggal di tempat parkir . 

Alhamdulillah sekarang sudah nggak perlu merasa ngeri-ngeri lagi karena tali helm sudah dibenerin. Juga kalau hujan nggak galau lagi harus tutup atau buka kaca helmnya. Cuma sekarang karena kaca helmnya bening jadi gampang ketahuan kalau lagi lirik-lirik pemotor sebelah #ehh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar